Laa Ilaa ha Illallah Adalah Dzikir Yang Paling Utama - Kitab Al-Ubudiyah
Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim
Laa Ilaa ha Illallah Adalah Dzikir Yang Paling Utama merupakan kajian Islam yang disampaikan oleh: Ustadz Abdullah Taslim, Lc. MA. dalam pembahasan “العبودية (Al-Ubudiyah)” karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah. Kitab ini membahas berbagai permasalahan yang berkaitan dengan ibadah dan penghambaan diri. Kajian ini disampaikan pada 03 Sya’ban 1439 H / 12 April 2018 M.
Download kajian sebelumnya: Konsekuensi Yang Benar Ketika Seseorang Mengenal Tauhid Kepada Allah
Kajian Tentang Kesalahan Memahami Makna dan Realisasi Laa Ilaa ha Illallah – Kitab Al-‘Ubudiyah
Didalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi dan yang lainnya dengan sanad yang hasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أفضل الذكر لا إله إلا الله وأفضل الدعاء الحمد لله
“Seutama-utama dzikir adalah kalimat Laa Ilaa ha Illallah (tidak ada sesembahan yang benar selain Allah) dan seutama-utama do’a adalah mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah)”
Maka tidak ada lagi dzikir yang lain. Misalnya hanya mengucapkan kalimat “Allah” atau “ar-Rahman” atau “ar-Rahiim” saja. Karena hal itu tidak mengandung makna yang sempurna. Ini tidaklah disyariatkan bahkan tidak berkaitan dengan iman sama sekali.
Oleh karena itu dengan kita mempelajari pemahaman yang benar dalam berdzikir, beribadah, membaca Al-Qur’an dan merenungkan isinya, dalam menjalankan semua yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Inilah satu-satunya jalan yang akan dapat mendekatkan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Kalau kita mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka kalian akan mendapatkan petunjuk. Allah Ta’ala berfirman:
فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنتُم بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوا ۖ وَّإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ ۖ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّـهُ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿١٣٧﴾
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah[2]:137).
Maka menyimpang dari jalan ini tidak akan mendapat petunjuk dan bahkan akan membawa kepada kesesatan. Oleh karena itu, dzikir perlu untuk dibenahi. Yang pertama harus dibenahi adalah niatnya, kedua adalah kekhusyuan dalam mengucapkan dzikir tersebut. Termasuk dalam masalah ini pentingnya merenungkan kandungan maknanya. Dan yang paling penting dalam perkara ini adalah menyesuaikan dzikir tersebut dengan petunjuk dan praktik oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan,
و أفضل الذكر و أنفعه ما واطأ فيه القلب اللسان، و كان من الأذكار النبوية و شهد الذاكر معانيه و مقاصده
“Dzikir yang paling utama dan paling bermanfaat adalah dzikir yang berkesesuaian antara hati dan lisan, dan lafalnya berasal dari dzikir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan orang yang mengucapkannya menghayati makna dan maksud dari lafal dzikir tersebut” (Al-Fawaid: Ibnul Qoyyim, hal. 247).
Jadi tidak benar orang-orang yang menciptakan dzikir-dzikir tertentu mengambil dari gurunya yang disebut sebagai dzikir khusus. Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengajarkan dzikir yang dapat menguatkan iman kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan untuk menjelaskan agama ini dengan sejelas-jelasnya. Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang bersabda:
تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ
“Aku tinggalkan kalian dalam suatu keadaan terang-benderang, siangnya seperti malamnya. Tidak ada yang berpaling dari keadaan tersebut kecuali ia pasti celaka.” (HR. Ahmad)
Simak dan Download MP3 Kajian Tentang Kesalahan Memahami Makna dan Realisasi Laa Ilaa ha Illallah – Kitab Al-‘Ubudiyah
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/30967-laa-ilaa-ha-illallah-adalah-dzikir-yang-paling-utama-kitab-al-ubudiyah/